Pertama kali saya berjumpa dengan Mr. Robert bukanlah di kelas. Kami bertemu secara tidak sengaja di ruang Dekanat FBE UBAYA. Waktu itu, saya sedang menunggu bimbingan thesis dengan Pak Joko. Tiba-tiba, saya melihat seorang yang tinggi besar dan tersesat. Entah kenapa saya tergerak untuk membantunya, ternyata dia mencari Ibu Etty. Sambil mengantarnya, dia mengajak bicara dan bertanya banyak hal. Akhirnya, sampailah kami di ruang TU Pasca. Di ujung kejadian itu, dia pun menjabat tangan saya, mengajak berkenalan, "Hai, I'm Robert.". Barulah saya tahu bahwa dia adalah dosen Budaya Organisasi (BO). Glodak...
Pertemuan pertama di kelas pun menjadi agak berbeda, karena:
- Dosennya datang on time, mahasiswanya kalah cepat datangnya..hehehehe..(sangat disiplin)
- Setiap mahasiswa yang datang, langsung diajak untuk berjabat tangan dan berkenalan. Suatu kebiasaan yang baru saya lihat di UBAYA selama saya kuliah S1 dan S2 ini. (Beliau adalah orang yang ramah, proaktif, dan bersahabat).
Dua hal tersebut tidak berhenti sampai di sana, kami pun dikejutkan dengan kejutan-kejutan dari Beliau. Bahasa pengantar yang digunakan dalam perkuliahan, yaitu bilingual (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) supaya kami semua dapat mengerti apa yang Beliau jelaskan. Belum lagi ditambah dengan anekdot-anekdot dan 'wujud asli' Mr. Robert yang jenaka membuat kelas menjadi lebih menarik untuk diikuti. Mr. Robert selalu mendukung kami untuk membagikan apa yang sedang kami pikirkan, pengalaman apa yang telah kami alami dalam dunia kerja (bagi yang telah bekerja). Belum lagi, ditambah dengan video-video yang lucu, namun jika disadari, mungkin kita melakukan hal yang konyol tersebut dalam kehidupan kita. Selain itu, tidak hanya teori saja yang diajarkan, tetapi juga aplikasinya dalam hidup sehari-hari. Pengetahuan hanyalah pengetahuan jika tidak tahu bagaimana caranya kita mengaplikasikannya. Pengalaman Beliau dalam berbisnis dan menjadi mentor sangat membantu kami untuk mengerti apa sebenarnya budaya organisasi itu dan bagaimana menerapkannya. Hal ini membuat proses belajar kami makin lengkap dari berbagai aspek.
"Behind the gun, there are men or women", manusia adalah penggerak dari budaya organisasi tersebut. Oleh karena itu, untuk mengelola sumber daya manusia, terutama ketika terjadi konflik, Beliau sangat menekankan bahwa jangan bertanya "Siapa yang salah?", tetapi "Apa yang salah?". Dengan bertanya seperti itu, mereka tidak akan saling menyalahkan atau menjatuhkan, namun sama-sama sadar untuk introspeksi diri dan berusaha mencari solusi bersama.
Selain itu, Mr. Robert juga mengajak kami untuk melihat fenomena sosial yang ada. Fenomena budaya image yang terjadi di Indonesia, budaya yang hanya melihat dari apa yang dimiliki orang lain. Mementingkan materi, namun melupakan esensi yang penting, yaitu moral. Hanya mindset yang benar yang dapat menjadi solusi dari fenomena tersebut dan hal itu harus dimulai dari diri kita masing-masing. Dari mindset tersebut, terbentuk integritas diri dan kita harus menularkannya juga kepada orang lain melalui kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita boleh menjadi berkat bagi orang lain. Hal ini memang sulit, tapi menjadi mungkin untuk dilakukan karena kita memiliki Tuhan yang selalu membimbing kita.
Pengalaman belajar bersama Mr. Robert merupakan kesempatan yang luar biasa bagi saya. Saya boleh mengenal suatu pribadi yang perkataan dan perbuatannya sesuai, tidak hanya 'omong doank'. Beliau juga telah menuntun kami ke paradigma berpikir yang lebih baik. Kesabaran, antusiasme yang tinggi, passion berbagi yang berkobar-kobar telah membakar kami untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Banyak terima kasih buat Mr. Robert yang telah memberikan banyak hal untuk kami, terutama untuk masa depan kami. Mr. Robert tidak memberikan kami ikan, tapi alat pancing dan cara memancing.
You are not teacher, but you are elicitor.
God bless you abundantly and always, Sir!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar